Selain pemasangan Tumpang, ritual penghanyutan Perahu yang berisi sesaji dan seekor anak ayam sebagai simbol penolakan kepada roh jahat agar tidak menggangu.
Gubernur Kalbar Drs. Cornelis, MH. menjelaskan, Tumpang Negeri sebagai lambang penghormatan dan permohonan kepada leluhur dengan membuang sesajian di sungai. Masyarakat percaya akan hal ini dengan membuang tujuh macam makanan di sungai sebagi sesaji. Sesaji tersebut dipercayai masyarakat Landak sebagai simbol kesuburan tanah yang dibawa oleh air sungai.
Gubernur Kalbar Drs. Cornelis, MH. menjelaskan, Tumpang Negeri sebagai lambang penghormatan dan permohonan kepada leluhur dengan membuang sesajian di sungai. Masyarakat percaya akan hal ini dengan membuang tujuh macam makanan di sungai sebagi sesaji. Sesaji tersebut dipercayai masyarakat Landak sebagai simbol kesuburan tanah yang dibawa oleh air sungai.
Beberapa persembahan disediakan dengan maksud meminta keselamatan bagi seluruh umat. Wujud keselamatan tersebut dalam bentuk perahu rakit. Dalam kepercayaan masyarakat Landak, roh-roh jahat yang singgah perlu diantar pergi agar tak menimbulkan malapetaka. Ini adalah sebuah permohonan halus, agar roh gaib tak murka, “Kalau dalam masyarakat Dayak Kanayatn itu pakai Nyangahatn (semacam doa permohonan kepada Jubata), ” Ujar Cornelis.
Perahu rakit yang ditaruh makanan atau sesaji tersebut kata Cornelis, dihanyutkan di muara sungai Landak dan Munggu yakni sungai pertemuan di antara pusat bekas Kerajaan Landak dahulu.
sumber:http://radar-kapuas.com/
Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis, MH. Sabtu (16/7) dipercaya kerabat keraton Landak untuk memasang Tumpang (sejenis tempat persembahan dari bambu yang dianyam persegi empat, diberi tali dan diisi makanan tertentu atau sesajen) ke empat penjuru air, sebagai sarana penjaga kampung dari bencana dan penangkal gangguan roh jahat.
0 comments:
Post a Comment
Peringatan: berilah komentar yang sopan, komentar yang tidak sopan tidak akan kami publish!