Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis,
MH., mewanti-wanti agar pihak terkait untuk tidak meremehkan masalah kesehatan,
karena menentukan nasib bangsa ke depan, “Masalah kesehatan jangan dianggap
remeh, jangan dianggap biasa-biasa saja, karena ini menentukan nasib bangsa
Indonesia ke depan,” tegas Cornelis, ketika membuka Rapat Kerja Daerah
Kesehatan (Rakerdakes) Provinsi Kalimantan Barat, di Pontianak, Kamis (21/7).
Pertemuan tersebut dihadiri drg. Oscar
Primadi, MPH sebagai Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar Ny. Frederika Cornelis,
SPd. Para Direktur Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah, BPJS, IDI, dan Kepala
Dinas serta Kepala RSUD Kabupaten Kota se Kalimantan Barat..
Cornelis menegaskan yang perlu dirubah
adalah mental tenaga medis baik dokter maupun perawat dan bidan, supaya mental
di revolusi sehingga bisa melayani pasien dengan baik. Karena di Lapangan masih
ditemukan berbagai macam kejanggalan, seperti ada oknum dokter yang
mengutamakan praktek daripada pelayanan rumah sakit tempat dia bekerja, dan
kata Cornelis, dirinya menemukan itu sendiri hasil kunjungan kerja di salah
satu Kabupaten. Ada oknum dokter yang bargaining masalah harga pengobatan.
Demikian juga dengan masih adanya perawat atau bidan di rumah sakit yang masih
asik ngobrol ketika jam kerja sehingga pasien terlantar.
“Penyelenggara kesehatan agar bekerja
dengan sungguh-sungguh. Jangan hanya ngobrol tidak tentu rudu. Jangan hanya
yang berduit saja yang dilayani. Kasus seperti ini masih ada, bukan kata orang,
seperti di Landak, bisa bargaining soal pembiayaan kebetulan saya ada waktu
itu, saya sakit hati betul. Dia sekolah saya yang teken. Tapi ketika orang
miskin datang terjadi transaksi, tidak prioritas kepada tugas dia. Prioritas
kepada praktek.” Beber Cornelis. Sehingga, ke depan, kemampuan memenej rumah
sakit harus betul-betul sesuai aturan dan dilakukan.
Demikian juga dengan pencatatan
administrasi Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS), jangan hanya
mencatat sekedarnya. Tapi betul-betul dicatat apa, sehingga ketika diklaim
semua diagnosa tercatat, bila perlu dokter ahli juga dilibatkan memverifikasi
BPJS sehingga singkron ketika pembayaran. “Jangan membuat RSUD tekor.” Ujar
mantan Bupati Landak itu.
Disisi lain, berdasarkan standar yang
dikeluarkan United Nation Development Program (UNDP) menyebutkan Indeks
Pembangunan Manusia di Kalimantan Barat rata-rata tumbuh rata-rata 1,14
pertahun pada 2015. “Terima kasih atas kerja berat anda dilapangan sehingga
bisa tumbuh IPM, sementara nasional hanya 0,89. indikator ini salah satunya
kesehatan,” ungkap Cornelis.
Sebagai Gubernur Kalimantan Barat,
Cornelis kurang puas dengan hasil kinerja tenaga kesehatan. Padahal dirinya
selalu berkomunikasi dengan Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) untuk
memenuhi fasilitas Rumah sakit di Kalbar. Namun ketika pelaksanaan di Lapangan
masih banyak yang harus diperbaiki, padahal, periodenya menjadi Gubernur sudah
hampir habis. Bayangkan saja, dari 237 Puskesmas hanya 6 Puskesmas yang
terakreditasi, “Apa kerja Kepala Dinas, Apa Kerja Kepala Puskesmas. Percuma
pemerintah bayar gaji, kita kerja tidak selesai. Sebelum tanggal 14 Juni 2018
Saya minta sudah selesai, Kalau memang tidak bisa bekerja, ganti, padahal
inikan kementerian kesehatan saja menilainya. Dah mau habis saya jadi Gubernur,
apa penyebabnya ini, apakah Pak Andi Jap (Kadis Kesehatan Provinsi Kalbar) ini
terlalu baik, karena setiap kali kopi morning selalu saya ingatkan, pak Andi
Jap takut, saya yang teken,” tegas Cornelis. Demikian juga dengan Rumah Sakit
di Kalimantan Barat, sebanyak 43 Rumah Sakit yang ada baru mendapatkan
akreditasi hanya empat. Mantan Camat Menjalin itu mengungkapkan perlunya
akreditasi sebagai salah satu syarat layak atau tidak layaknya sebuah Rumah
Sakit atau Puskesmas untuk melayani masyarakat.
Terkait penanganan penyakit menular di
Masyarakat, Gubernur mengingatkan supaya Dinas Kesehatan segera berkoordinasi,
bila perlu turun ke lapangan razia, baik penanganan HIV AIDS dan Rabies serta
TBC yang masih menjadi catatan DInas Kesehatan Provinsi Kalbar. Data Dinkes
seperti disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kalbar dr. Adny Jap, menunjukan,
distribusi kasus berdasarkan tahun pelaporan sampai 2015, kasus HIV 5454, AIDS
2632, dan yang meninggal 585. Sehingga menurut Andy Jap agar kinerja KPAID di
tingkatkan sebagai upaya pencegahan, karena kasus ini sudah sampai menjangkit
ke ibu rumah tangga. Demikian juga kasus Tuberclosis dan Rabies yang masih
perlu penanaganan serius.Demikian juga kasus Tuberculosis dan Rabies yang
masih perlu penanganan serius. Pada kesempatan itu, Andy Jap menyampaikan
bahwa Kalimantan pulau Kalimantan mendapat dua rumah sakit rujukan nasional,
yakni di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, untuk Kalimantan Barat RSUD
Soedarso.
0 comments:
Post a Comment
Peringatan: berilah komentar yang sopan, komentar yang tidak sopan tidak akan kami publish!