Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis, MH, mengungkapkan kalau tradisi Melayu Kalimantan Barat, meriam karbit sudah ada sejak jaman dahulu yang diyakini untuk mengusir setan agar tidak mengganggu. Permainan Meriam Karbit dilakukan menjelang Lebaran. “Meriam Karbit merupakan tradisi Melayu Kalbar untuk mengusir setan agar tidak mengganggu,” ujar Cornelis, usai membuka Festival Meriam Karbit di di Kelurahan Banjar Serasan, Pontianak Timur, Gang Muhajirin, Selasa malam (5/7). Cornelis bersama Ny. Frederika Cornelis, malam itu juga menyulut meriam karbit bersama Kapolda Kalbar dan Ny. Musyafak.
Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis. MH. Menyerahkan bantuan kepada panti asuhan dan melakukan pemukulan Bedug juga menyulut meriam karbit di istana rakyat Kalimantan Barat bersama Pangdam XII Tanjungpura Mayjen TNI Andika Perkasa, Kapolda Kalimantan Barat Brigjen Pol. Musyafak. dalam rangka Bhakti Sosial dan silaturahmi Ramadhan pemerintah provinsi kalbar serta takbiran bersama menyambut hari raya idulfitri 1 syawal 1437 H /2016.
Menuju lokasi pembukaan Festival Meriam Karbit, Gubernur Kalbar bersama Ny. Frederika Cornelis, beserta Kapolda Kalbar Brigjen Pol. Musyafak didampingi Ny. Musyafak. Menggunakan Kapal Polairud Polda Kalbar dari Alun Kapuas menuju Banjar Serasan disambut Walikota Pontianak Sutarmidji.
Orang nomor satu di Kalbar itu akan memberikan hadiah 10 Juta Rupiah kepada siapa yang nantinya menjadi pemenang Festival Meriam Karbit yang dilaksanakan di sepanjang tepian Sungai Kapuas menyambut Idul Fitri, “Untuk yang juara satu saya akan kasih hadiah 10 juta rupiah,” ujarnya.
Cornelis berpesan agar tradisi Meriam Karbit terus dilestarikan dan dikemas semakin baik karena ini merupakan budaya tradisional yang bisa ditawarkan kepada turis baik nasional maupun mancanegara, “Beritahu dunia kalau di Pontianak setiap lebaran ada Meriam Karbit, yang bunyinya hampir sama seperti rudal atau stinger, begegar lutut, sampai ke telinga, kalau jantung alang-alang (tidak kuat) usah dekat, jauh-jauh jak,” ujar Cornelis dengan logat Melayu Pontianak. Diungkapkan mantan Camat Menjalin itu, permainan meriam telah ada sejak dirinya masih kecil. Saat itu permainan meriam menggunakan bambu yang ditiup. Saat menyala dan tidak hati-hati dapat membakar bulu mata. “Jadi ini memang sudah tradisi, dulu pakai minyak tanah, kalau pake karbit, pakai batang pinang ditebok,” kata Cornelis.
Usai membuka resmi Festival Meriam Karbit, dentuman rebana mengiringi sirine. Mantan Bupati Landak itu juga menyampaikan bahwa pemerintah provinsi bersama Pemerintah Kota Pontianak akan menata tepian sungai Kapuas menjadi lebih baik, sehingga keindahannya bisa dinikmati masyarakat, apalagi antusiasme masyarakat melihat Pestival Meriam Karbit luar biasa. Disatu sisi, Cornelis mengingatkan masyarakat agar merayakan lebaran dengan meriah namun tetap sederhana.
Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfira Hamid mengatakan, sebanyak 154 meriam yang ikut festival. Namun yang tidak ikut jumlahnya juga cukup banyak, sekitar 300 peserta.
Mengenai jumlah kepesertaan yang ikut festival, tahun ini diakuinya memang agak berkurang. Tetapi tetap ramai jika dihitung secara keseluruhan. “Karena yang ikut festival tidak boleh menggunakan meriam besi, sedangkan yang main banyak juga yang menggunakan meriam besi.
Mengenai penilaian terhadap peserta festival, dijelaskan Hilfira ada beberapa item mulai dari suara, kekompakan tim, dekorasi hingga atraksi seni budaya. Juri akan menilai semalaman hingga semua selesai bermain. Juri-juri juga akan disebar, di Pontianak Selatan dan Tenggara ada tim jurinya, kemudian di Pontianak Timur juga ada. “Mereka dilengkapi dengan dokumentasi foto untuk membandingkan saat penilaian akhir,” ucapnya.
0 comments:
Post a Comment
Peringatan: berilah komentar yang sopan, komentar yang tidak sopan tidak akan kami publish!